Rabu, 18 Juli 2018

Bagaimana Teknologi Dapat Menghindari Speed Limit?

Speed Limit (Batas Kecepatan) tidak hanya berlaku untuk lalu lintas saja, namun terdapat juga batasan pada control cahaya contohnya dalam switch optik pada traffic internet. Seorang Fisikawan di Chalmers University of Technology sekarang telah mengerti mengapa tidak mungkin untuk meningkatkan kecepatan melampaui batas tertentu dan bagaimana mengetahui keadaan yang terbaik untuk  memilih rute yang berbeda.
Cahaya dan gelombang elektromagnetik lainnya berperan penting pada hampir semua elektronik modern, misalnya di ponsel kita. Dalam beberapa tahun terakhir para peneliti telah mengembangkan bahan buatan khusus (metamaterial optomechanical) yang berguna untuk mengatasi keterbatasan yang melekat pada bahan alami dan untuk mengontrol sifat-sifat cahaya dengan tingkat presisi yang tinggi.
"Para peneliti memiliki harapan tinggi untuk bisa mencapai kecepatan yang lebih tinggi dalam switch optik dengan mengembangkan lebih lanjut metamaterial optomechanical. Sekarang kita tahu mengapa bahan-bahan ini gagal mengalahkan teknologi yang ada di traffic internet dan jaringan komunikasi," ujar Sophie Viaene, seorang peneliti nanophotonics di Departemen Fisika di Chalmers.
Untuk mengetahui mengapa ada speed limit dan apa maksudnya, Viaene pergi ke luar dan menganalisis fenomena dengan menggunakan dinamika non-linear. Kesimpulan yang dia capai adalah bahwa kita perlu memilih rute yang berbeda untuk menghindari speed limit. Cara lainnya adalah dengan membiarkan material khusus tetap bergerak konstan dengan kecepatan konstan dan mengukur variasi dari gerakan ini.
Tapi Viaene dan supervisornya, Associate Professor Philippe Tassin, mengatakan bahwa speed limit tidak menimbulkan masalah bagi semua aplikasi jadi kita tidak perlu mengubah tingkat kecerahan cahaya pada berbagai jenis layar. Dan akan ada potensi besar untuk menggunakan bahan-bahan khusus ini karena sifatnya yang tipis dan fleksibel.
Hasil mereka telah menentukan arah yang harus diambil para peneliti lain dalam bidang penelitian ini dan artikel ilmiahnya baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Physical Review Letters. "Speed limit switching bukanlah masalah dalam aplikasi, karena mata kita tidak bereaksi semua itu dengan cepat. Kami melihat potensi besar untuk metamaterial optomechanical dalam pengembangan gadget fleksibel untuk teknologi visualisasi interaktif," ujar Tassin, profesor di Departemen Fisika di Chalmers
Sumber:
sciencedaily

Senin, 16 Juli 2018

IT CLUB ROBOTIK STT NF: Kunci Rumah RFID(proyek liburan)


IT CLUB ROBOTIK STT NF: Kunci Rumah RFID(proyek liburan)
Tepat sebelum UAS dimulai, mahasiswa STT Terpadu Nurul Fikri mendapat waktu luang selama dua minggu untuk persiapan menghadapi UAS. Sebagian besar mahasiswa menghabiskan waktu luangnya untuk belajar dan sebagian lainnya liburan. Bukan hanya sibuk dengan UAS, ada juga mahasiswa yang menghabiskan waktu luangnya dengan kegiatan club. Salah satunya IT Club Robotik 2018 STT NF.
Anak - anak IT Klub Robotik ini mempunyai cara tersendiri menghabiskan waktu luangnya yaitu dengan membuat “proyek liburan”. Proyek liburan ini adalah kegiatan ngoprekRobotik dengan proyeknya yaitu membuat kunci rumah RFID. Seperti Namanya, kunci rumah ini menggunakan RFID (sejenis sensor pembaca ID) sebagai alat untuk membukanya. kunci yang digunakan berupa katu ID yang telah tersimpan alamat di dalamnya. Satu alat ini bisa mempunyai banyak kunci (kartu) tergantung kodingan yang dibuat. Tentunya alat ini sangat efisien dan tentunya kelihatan canggih dan modis.
Kunci rumah RFID ini hanya salah satu dari sekian banyak proyek Robotik 2018. Pasalnya mereka sedang merancang proyek lain untuk persiapan demonstrasi IT Klub dalam acara ORMIK tahun ini. “Kunci rumah RFID ini hanyalah proyek liburan aja, kita masih ada proyek ORMIK dan juga proyek lainnya”. Ujar salah satu anggota Robotik 2018.
Kreatifitas tanpa batas. Itulah yang selalu mereka pegang teguh demi keberlangsungan IT Klub nya. Dengan bermodalkan kreatif, mereka bisa membuat alat – alat yang bermanfaat tidak hanya bagi mereka sendiri tapi juga bagi kampus dan lingkungan sosialnya.